Sunday, April 23, 2017

Fungsi Sistem Limfatik

Fungsi Sistem Limfatik

Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi, yaitu aliran cairan interestial, mencegah infeksi, dan pengangkutan lipid.

1. Aliran cairan interstisial
     Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui sistem   pembuluh   yang   akhirnya kembali   ke   sistem sirkulasi.  Ini   dimulai   pada   ekstremitas   dari   sistem   kapiler   limfatik   yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.

2. Mencegah infeksi
     Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening sampai mereka   mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk  menghancurkan  virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode. Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani infeksi pada  jaringan lain. Ini  bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel–sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk membantu dalam respon kekebalan.

3. Pengangkutan Lipid
     Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah  warna menjadi krem.  Lipid dan vitamin  yang diserap dalam saluran pencernaan dari makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan, memiliki masalah dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet dengan cairan dan sisa - sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan kehilangan vitamin yang diperlukan.


References :
 Guyton & Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta:EGC

Mekanisme Neurologis Bicara


      Menurut ahli komunikasi, bicara adalah suatu kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara yang jelas. Proses bicara melibatkan organ respirasi dan organ-organ lain serta fungsinya yang berbeda.
Bicara melibatkan proses sensorik dan motorik tubuh. Sensorik adalah proses ketika tubuh menerima rangsang bicara seperti pendengaran, pengelihatan dan indera peraba, sedangkan motorik berfungsi sebagai pengatur otot-otot bicara seperti yang ada pada laring, alat-alat artikulasi yang bertujuan untuk memproduksi suara.

     Di dalam otak terdapat bagian yang menyusun dan mengatur tentang bagaimana manusia berbahasa. Pusat bahasa pada otak terletak pada hemisfer sebelah kiri, tepatnya pada area wernicke yang berada pada lobus temporal otak dan area broca pada inferior lobus frontal otak. Area tersebut memiliki fungsi yang berbeda dalam proses berbicara. Area wernicke berfungsi sebagai pusat pemahaman bahasa dan interpretasi kalimat yang di dengar maupun dilihat manusia, sedangkan area broca berfungsi sebagai pusat bahasa ekspresif yang berhubungan langsung dengan area motorik otak yang akan mengatur otot-otot dan organ yang bekerja saat berbicara. Bagian-bagian lain seperti gyrus angularis, area primer auditori dan area primer visual juga ikut berperan dalam mekanisme neurologis bicara.
      Jalannya impuls berawal dari rangsang yang diterima, lalu menuju area wernicke untuk dipahami dan diinterpretasikan dan berlanjut ke area broca untuk menyusun kata atau kalimat yang akan diucapkan sesuai repon dari rangsangan, dari area broca impuls berjalan ke area motorik dan terjadilah proses berbicara.

References :
  1. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology Adams and Victor’s, seventh edition. McGraw-Hill.2001.
  2. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997.



Perbedaan M1 dan M2 Rahang Bawah

Perbedaan M1 dan M2 Rahang Bawah (Sulung)
Molar Pertama Bawah
a. Terdapat molar tubercle zucherkandl
b. Terdapat empat cusp: dengan cusp mesio-bukal terbesar
c. Panjang mahkota mesio-distal lebih besar daripada disto-lingual
d. Marginal ridge distal lebih menonjol daripada mesial
e. Terdapat dua akar pada mesial dan distal, akar mesial lebih panjang
f. oklusal berbentuk rhomboid

Molar kedua Bawah
a. Cusp dan akar sama dengan molar permanen pertama RB, dengan ukuran yang lebih kecil
b. Oklusal berbentuk empat persegi panjang
c. Cusp mesio-bukal dan disto-bukal berukuran sama
d. Berakar dua: mesial dan distal, akar mesial lebih panjang
e. Ukuran lebih besar dari molar susu pertama
Perbedaan M1 dan M2 Rahang Bawah (Permanen)
1.                  Bentuk garis luar oklusal
-     M1 : jajaran genjang
-     M2 : jajaran genjang
2.                  Corak developmental groove
-     M1 : huruf M
-     M2 : huruf +
3.                  Banyak dan besarnya cups
-          M1 : 5 cusp. (bukal : lingual = 3 : 2 ; Bukal dibagi menjadi disto-bukal, mesio-bukal, dan distal; Palatal dibagi menjadi disto-lingual dan mesio-lingual) Mesio-lingual dan disto-lingual hampir sama besarnya.
-     M2 : 4 cusp (mesio-bukal dan disto-bukal kurang lebih sama besar. Mesio-lingual dan disto-lingual kurang lebih sama besar)

References

Itjiningsih, W. H. (1991). Anatomi gigi. Jakarta: EGC, 211-48.

Abrasi dan Abfraksi

Abrasi 
   Abrasi adalah kerusakan pada jaringan gigi akibat benda asing, seperti
sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung bahan abrasive (Gambar 1). 
Gambaran klinis abrasi adalah sebagai berikut: 
  a. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi 
  b. Lesi cenderung melebar daripada dalam
  c. Gigi yang sering terkena P dan C 


Gambar 1. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut memiliki
kecenderungan menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada gingiva dan semento-email yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi pada permukaan prominensia akar gigi (tanda panah) 
(Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 4)

Perawatan untuk pasien yang mempunyai gigi abrasi yaitu :
  1. Mengedukasi pasien supaya menghilangkan kebiasaan buruk seperti                 menyikat gigi terlalu keras dan menggunakan tusuk gigi
  2. Penggunaan obat kumur yang mengandung fluor untuk abrasi yang belum         parah dan perawatan restorasi apabila abrasi sudah parah

Pencegahan untuk menghindari gigi abrasi :
1. Menyikat gigi menggunakan dental floss dengan cara yang benar
2. Pemilihan pasta gigi yang tidak abrasive
3. Menggunakan gigi sesuai fungsi kerjanya
4. Melakukan pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali

Abfraksi 
   Abfraksi juga dapat menyebabkan terkikisnya email 

(Gambar 2). Berbeda
dengan kerusakan gigi lainnya, abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi
pada daerah servikal akibat tekanan tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau melengkung. 

Gambaran klinis abfraksi adalah sebagai berikut: 
a. Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi 
b. Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V 
c. Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan
    eksentrik pada   oklusal yang berlebihan atau  adanya halangan yang
    mengganggu oklusi

Gambar 2. Pasien yang berusia 33 tahun ini mengalami abfraksi di servikal gigi
posterior mandibula (Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 4)

Dentinogenesis

Dentinogenesis adalah suatu proses pembentukan. dan maturasi dentin. Dentinogenesis dimulai sebelum amelogenesis dan berlangsung sepanjang hidup. Setelah sel-sel epitelium enamel dalam berubah menjadi ameloblas, sel-sel ektomesenkim papila dental yang berbatasan dengannyaberdifferensiasi menjadi odontoblas yaitu sel-sel yang berperan dalam pembentukan dentin. Sel-sel odontoblas awalnya membentuk matriks organikberisi serat kolagen dan substansi dasar yaitu predentin. Kemudian terjadi mineralisasi pada matriks tersebut dan menghasilkan struktur jaringan yang disebut dentin matur. Perubahan dan kelainan selama dentinogenesis dapat mempengaruhi struktur dentin yang terbentuk. Perubahan pada dentin dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain usia, trauma (mekanis, kimia) sehingga dentin sekunder dan tersier dapat terbentuk (Salim, 2008)

References
Salim, D. (2008). Perubahan-Perubahan Pada Dentinogenesis.

Anatomi dan morfologi Gigi Anterior Permanen

 Anatomi dan morfologi Gigi Anterior Permanen

1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak di kiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsih, 1991).


Gambar 1.Insisivus sentral atas kanan
Ciri Identifikasi Utama :
  1. Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus tajam ke tepi       insisal. Sudut disto-insisal lebih bulat
  2. Mahkota besar, dibandingkan akar (merupakan gigi anterior terbesar)
  3. ‘Marginal ridge’ cukup jelas pada permukaan palatal cekung, dengan                 cingulum berkembang baik.
  4. Mahkota berinklinasi ke palatal; akar berinklinasi sedikit ke distal.
  5. permukaan labial cembung dan halus.
  6. ‘Cervical margin’ paling berkelok pada sisi mesial.
  7. Akar tunggal meruncing, dengan potongan melintang berbentuk segitiga           membulat dan salah satu permukaan yang agakdatar menghadap ke labial       (Geoffrey C. van Beek, 1996).

2. Incisivus Kedua Atas

     Gigi ini adalah gigi ke- 2 dari garis tengah. Bentuk fungsionalnya  sama dengan I1 atas, sehingga mempunyai tugas yang sama di dalam mulut, yakni untuk menggigit dan memotong makanan. Dibandingkan dengan I1 atas, dimensi koronanya lebih kecil dalam semua jurusan dan bentuknya lebih bulat. Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing. I2 atas mempunyai banyak variasi / anomali (Itjingningsih, 1991).
Gambar 2. Insisiv lateral atas kanan


Ciri Identifikasi Utama :
1. Sudut mesio-insisal lancip; sudut disto-insisal lebih membulat.
2. Tepi insisal jelas miring kebawah kepermukaan distal yang lebih pendek.
3. Mahkota lebih membulat, lebih pendek dan lebih sempit di mensi mesio distal dari pada incicivus pertama atas.
4. Cingulum pada permukaan palatal sering menutupi lubang foramen caecum incisivum.
5. Permukaan palatal lebih cekung dari pada incisivus pertama atas.
6. Akar tunggal yang meruncing halus ke apeks, runcing yang membengkok ke distal.
7. ‘Cervical  margin’ lebih berkelok-kelok pada permukaan mesial daripada permukaan distal (Geoffrey C. van Beek, 1996).

3. Incisivus Pertama Bawah

    Incisivus pertama bawah adalah gigi pertama di rahang bawah, kanan atau kiri dari garis tengah. Pada umumnya, gigi ini adalah gigi yang paling kecil dalam lengkung gigi. Lebar koronanya sedikit lebih besar dari setengah ukuran mesio distal insisivus pertamaatas, tetapilebarlabio-lingualnyahanyalebihkecil 1 mm. perbaikantidakmudahdilakukanpadagigiini, tetapi untungnya, gigi ini jarang sekali perlu diperbaiki. Akarnya, satu, sempit mesio-distal, panjang akar hamper sama dengan insisivus pertama atas dan apeksnya bengkok ke distal (Itjingningsih, 1991).

Ciri Identifikasi Utama :
   1. Akar tunggal, mendatar mesio-distal dan cenderung bengkok ke distal.
   2. Tepi insisal tegak lurus terhadap garis yang membagi dua mahkota labio          lingual.
   3. Panjang akar 12 mm.
   4. Alur longitudinal distal akar lebih jelas daripada mesial.
   5. Gigi terkecil pada gigi-geligi tetap (Geoffrey C. van Beek, 1996).

4. Incisivus Kedua Bawah

1. Sedikit lebih kecil dari pada incisivus pertama bawah; mahkota berbentuk kipas dan tepi insisal lebih lebar mesiodistal.
2. Sisi insisal: tepi insisal tidak tegak lurus terhadap garis yang membelah dua akar, tetapi terpuntir ke distal, dalam arah lingual, mengikuti garis lengkung gigi.
3. Panjang akar 14 mm.
4. Permukaan  mesial mahkota sedikit lebih panjang daripada distal, sehingga tepi insisal sedikit miring.
5. ‘Marginal ridge’ mesial dan distal samar-samar, tetapi lebih m

5. Kaninus Atas

    Kaninus / Canine / Cuspid adalah gigi ke – 3 dari garis tengah, dan satu – satunyagigi di rahang yang mempunyai 1 cusp. Gigi ini diberi nama Kaninus karena pertumbuhan gigi ini pada binatang Carnivorous baik sekali (mis. anjing) sebab mempunyai akar yang terpanjang dan terbesar sehingga gigi ini kuat sekali. Koronanya adalah korona yang terpanjang di dalam mulut dan berbentuk baik sekali baik kekuatan terhadap stress dan pemakaian maupun kebersihan. Pada umumnya gigi ini adalah gigi terakhir yang akan tanggal, kadang kala masih tetap di rahang sesudah gigi lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan. Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi Kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang member karakter, kekuatan dan kecantikan (Itjingningsh, 1991).

Ciri Identifikasi Utama :

 1. Cuspis tunggal runcing kira-kira segaris dengan sumbu panjang akar.
 2. Lereng distal cuspis lebih panjang dari pada lereng mesial dan menyatu           dengan permukaan distal cembung.
 3. Proporsi keseluruhan kekar panjang.
 4. Bagian labial cembung jelas dan cingulum palatal besar.
 5. Garis cervikal kurang berkelok pada permukaan distal.
 6. Akar tunggal sangat panjang dengan potongan melintang segitiga                   membulat.
 7. Permukaan distodan mesio-palatal akar sering beralur longitudinal                   (Geoffrey C. van Beek, 1996).

Gambar 3 dan 4.Caninus atas dan bawah

6. Kaninus Bawah

    Tugas kaninus bawah dan atas sama, sehingga glnya dari semua permukaan sama. Korona lebih panjang serviko – insisal dan lebih sempit mesio – distal daripada C atas. Singulumnya tidak begitu nyata. Pada permukaan mesial dan distal, bagian sepertiga servikal tidak begitu tebal. Permukaan lingual lebih rata dari pada permukaan lingual dari C atas, hamper sama dengan lain – lain gigi geligi depan bawah. Pada umumnya ujung akar melengkung ke distal, tetapi kadang – kadang juga terdapat C dengan ujung akar yang membengkok ke mesial. Jika C ini belum aus, gigi ini adalah gigi yang paling panjang di dalam mulut (Itjingningsih, 1991).

Ciri Identifikasi Utama :

1. Profil distal mahkota lebih membulat dari pada mesial.
2. Mahkota lebih sempit mesio distal dibanding caninus atas, sehingga                 mahkota tampak lebih besar sebanding.
3. Hanya caninus bawah yang mungkin mempunyai akar berbifurkasi, suatu         variasi yang tidak jarang terjadi.
4. Lereng mesial cuspis lebih pendek daripada yang distal
5. Cingulum kurang jelas bila dibanding dengan caninus atas.
6. Permukaan labial dari mahkota kurang lebih segaris lurus dengan akar.
7. Permukaan labial dari mahkota bersambung lengkung longitudinal dengan         akar.
8. Pada kebanyakan kasus, akar cenderung bengkok sedikit ke distal. Mahkota     tampak miring ke distal dalam hubungan dengan akar (Geoffrey C. van             Beek, 1996).


Daftar Pustaka
Itjingningsih, N. (1991). Geligi tiruan lengkap lepas. Penerbit buku kedokteran EGC
Geoffrey C. van Beek. (1996).  Morfologi Gigi : Penuntun Bergambar. Penerbit buku kedokteran EGC

Pertumbuhan Post Natal Maksila dan Mandibula

Pertumbuhan Maksilla
Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunjukan semua elemen dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Perbedaan utama terletak pada ukuran procesuss alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman sinus maksilaris. Procesuss alveolaris mandibula dan maksila berkembang di sekitar benih gigi yang sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terganggu dan gigi gagal bererupsi,procesus alveolaris tidak dapat berkembang. Bersama dengan erupsi gigi geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangnya gigi di dalam processus alveolaris akan digantikan dengan socket. Perubahan tinggi vertikal mandibula, maksila dan tinggi wajah secara keseluruhan terutama disebabkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris yang berlangsung setelah usia 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan hasil dari proses tersebut setelah dekade pertama kehidupan. Pertumbuhan selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan deposisi tulang disepanjang regio alveolaris, pada permukaan bawah palatum dan pada fasies facialis mandibula serta maksila. Fasies lingualis procesuss alveolaris umumnya teresorpsi dalam batasan tertentu tetapi penambahan lebar palatum biasanya diakibatkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris ke arah bawah dan keluar. Setelah bayi lahir procesuss alveolaris dan rangka wajah pendukung akan tumbuh dengan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah tumbuh sempurna, lingua tentunya sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam arcus dentalis. Gigi geligi dan gingiva gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh procesuss alveolaris tempat terletaknya soket gigi, umumnya membentuk arcus yang sesuai dengan bentuk lengkung.Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi , enamel, dentin, cementum dan cavum pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi melekat pada procesuss alveolaris melalui ligamentum periodontal.
Pertumbuhan postnatal maksila seluruhnya terjadi dengan osifikasi intramembran karena tidak terdapat cartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melalui 2cara yaitu aposisi sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium dan basis kranial serta remodeling tulang. Sementara maksila tumbuh ke bawah dan depan,permukaan anteriornya mengalami remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi, kecuali daerah kecil disekitar spina nasalis anterior. Sementara terjadi pertumbuhan maksila ke bawah dan depan , ruangan antara sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi terjadi pada kedua sisi sutura sehingga tulang - tulang tempat perlekatan maksila bertambah besar. Tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi sehingga menambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap. Panjang maksila bertambah setelah umur dua tahun yang terjadi akibat dari tuberositas maksila dan dengan pertumbuhan sutura sepanjang tulang palatal. Aposisi permukaan terjadi sebelah anterior lengkung tulang maksila.

Pertumbuhan Mandibula
Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat mobil dan merupakan tulang yang sangat penting karena terlibat dlm fungsi fungsi vital antara lain :pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah (Moyers 1988). Mandibula adalah  tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondarial dan aposisi periosteal (osifikasi intramembranous) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Menurut Proffit dan Fields (2007),pertumbuhan mandibula ada dua macam :
1. Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu bergerak ke bawah dan depan.
2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di maksila. Dagu bergerak ke bawah dan depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya,sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondarial pada kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan ke depan, mandibula juga tumbuh ke lateral melalui aposisi permukaan lateral korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Untuk mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi pada permukaan lingualnya. Procesuss alveolaris pembentukannya dikontrol oleh erupsi gigi dan diresorpsi bila gigi tanggal dan diekstraksi. Gigi pada kedua lengkung tidak menjadi protrusive  ketika maksila dan mandibula tumbuh dan berpindah tempat, karenaadanya relasi intercuspal gigi. Pertumbuhan procesuss alveolaris sangat aktif selamaerupsi dan berperan sangat penting selama erupsi dan awal hubungan antar bonjol dan terus memelihara hubungan oklusal selama pertumbuhan vertikal maksila dan mandibula.
References :
Proffit WR, Fields HW. Contemporary Orthodontics, 4th ed St Louis CV Mosby Co 2007

Moyers, R.E., 1988. Handbook of orthodontics, Year Book Medical Publishers. Available at: https://books.google.co.in/books?id=8ipqAAAAMAAJ.

Embriologi Kulit

Epidermis

Berasal dari permukaan ectoderm pada minggu ke 2 sampai lahir.
  1. Minggu ke 4-5 embrio ditutupi oleh lapisan sel ectoderm
  2. Awal bulan ke 2 atau sekitar minggu ke 7 kehamilan epitel terbagi menjadi dua yaitu sel basal dan periderm/ epitrichium. Epitel ini merupakan lapisan pipih yang terletak pada bagian permukaan.
  3. Pada minggu ke 11 sel basal kemudian mengalami proliferasi membentuk lapisan ketiga yaitu intermediet zone.
  4. Pada akhir bulan ke 4 kehamilan mulai terbentuk lapisan epidermis yang sebenarnya yaitu :    a. Basal layer (germinativum) akan memproduksi sel baru yang nantinya akan membentuk gelombang menjadi sidik jari b. Spinous layer adalah sebuah sel polyhedral dengan tonofibril.c.   Granular layer yang mengandung keratohyalin granul.d.  Hormy layer akan membentuk lapisan permukaan epidermis yang tidak rata yang terdiri dari sel mati yang mengandung keratin.Lapisan periderm biasanya terlepas di trimester ke 2 atau sekitar minggu ke 21 intrauterine life dan dapat ditemukan di cairan amnion. Setelah periderm lepas terbentuklah stratum corneum.
  5. Pembentukan melanocytes Diawali dari sel neural crest bermigrasi menuju mesenkim dermis dan berdiferensiasi menjadi menoblast. Sel menoblast  kemudian akan bermigrasi dan berdiferensiasi menjadi melanocytes. Pada bulan ke 3 sel neural crest mulai menginvasi epidermis dengan membentuk sel melanosome yang nantinya akan menghasilkan melanin. Adanya akumulasi melanosom mengakibatkan sel ini di transport oleg dendritic process melanocytes ke keranocytes pada sekitar rambut dan kulit. Proses ini dinamakan pigmentasi. Melanocytes mulai memproduksi melanin sebelum lahir dan menyebarkannya ke bagian epidermis.
  6. Pada trimester pertama sel langerhans yang berasal daari sumsum tulang merah menginvasi epidermis.
  7. Pada bulan ke 4- 6 sel merkel mulai muncul  pada epidermis . Sel merkel ini nantinya akan menjadi reseptor sentuhan pada kulit.(Mescher 1976)

Dermis

Berasal  dari lateral plate mesoderm dan dermatomes dari somite
  1. Pada minggu ke -5 pembuluh darah pada dermis awalnya terdiri dari simple structure endothelium lined yang berbeda dari mesenkim.
  2. Pada minggu ke 11 sel mesenkim berdiferensiasi menjadi fibroblast dan mulai memproduksi jaringan ikat kolagen dan elastic.
  3. Pada bulan  ke 3 dan ke 4 jaringan ini corium membentuk lapisan papillary (dermal papilla) yang menonjol kearah permukaan epidermis sebagian besar mengandung kapiler kecil dan sensory nerve end organ . Lapisan yang lebih dalam subcorium mengandung banyak jaringan lemak .
  4.  Pada bulan ke 5 kulit ditutupi oleh whitish paste (cairan  pekat keputihan ) atau vernix caseosa yang dibentuk oleh sekresi kelenjar sebaceous , serta regenerasi sel epidermal dan rambut yang bercampur dengan lapisan periderm. Lapisan ini melindungi kulit dari cairan amnion sifat yang licin membantu proses persalinan serta melindungi kulit dari kuku.(Mescher 1976)
Pembentukan Mukosa


Merupakan  jaringan lunak  yang melapisi rongga mulut. Struktur dari mukosa terdiri dari epitel dan jaringan ikat. Membran mukosa terdiri dari 3 jenis yaitu :
  • mukosa pelapis atau penutup (epitel nonkeratinised). Mukosa ini melapisi dasar  mulut , permukaan dalam bibir dan pipi, palatum
  • mukosa pengunyahan ( parakeratinised) melapisi gusi
  • mukosa khusus dorsum lidah (ortokeratinised) yang melapisi dorsum  lidah
Mukosa bibir terbentuk dari penyatuan prosesus nasalis – medialis , dasar hidung, dan palatum primer. Mukosa pipi dibentuk oleh otot bucinator yang mengandung lemak. Mukosa dasar mulut dilapisi membrane mukosa diantara lidah dan mandibula. (Sadler 2012)


Tumbuh Kembang Jaringan Lunak Rongga Mulut
1.      Tumbuh kembang jaringan bibir
     Bibir dibagi menjadi bibir atas dan bibir bawah yang mengelilingi rongga mulut. Keduanya memiliki otot rangka yang tersusun atas otot orbicularis oris. Bibir atas dipisahkan dari pipi oleh nasolabial groove, sedangkan bibir bawah dipisahkan dari dagu oleh labiomental groove. Bibir bawah dan bibir atas bertemu pada labial commisure. 
    Bibir atas terbentuk pada minggu ke-7 dimana prominensia maxillaris bertambah besar dan tumbuh ke arah medial sehingga menekan prominensia nasalis mediana ke arah garis tengah. Selanjutnya celah antara prominensia maxillaris dan prominensia nasalis mediana lenyap karena keduanya menyatu sehingga bibir atas terbentuk. Pada saat yang sama, bibir bawah dan rahang dibentuk oleh prominensia mandibularis. 
   Zona vermilion merupakan daerah merah pada bibir yang jelas dengan kulit pada wajah. Banyak kelenjar labial yang mengeluarkan mucus terdapat dalam lapisan dalam submukosa bibir pada daerah transisi menuju membran mukosa rongga mulut. Vestibule merupakan daerah antara bibir, pipi, dan gigi. Lipatan jaringan yang dibentuk vestibule di antara bibir dan gigi disebut lipatan vestibular atau mukolabial. (Bishara 2001)
2.      Tumbuh kembang jaringan pipi
     Pipi terletak antara labial commisure dan mukosa ramus-mandibula. Pipi memiliki otot rangka yang tersusun atas otot bucinator. Beberapa kelenjar penghasil mukus yang dikenal dengan kelenjar molar terletak di dalam lapisan submukosa pada bagian dalam pipi, yang dilapisi oleh membran mukosa rongga mulut (epitel bertingkat nonkeratin). Vestibule bersambung dari daerah di antara bibir dan gigi posterior. Lipatan jaringan yang terbentuk oleh vestibule di antara bibir dan gigi dsebut lipatan vestibular atau mukolabial. Daerah retromolar merupakan area di mana vestibule dan rongga mulut tepat bertemu. Saluran parotid mengalir rongga mulut pada papilla parotid, terletak sepanjang membran mukosa pipi bersebrangan dengan molar kedua rahang atas. (Moyers 1988)
3. Tumbuh kembang lidah
Lidah dibentuk dari beberapa turunan yang berbeda. Mukosa lidah atau bagian dua pertiga anterior lidah dibentuk arkus pharyngeal pertama, sedangkan mukosa pangkal lidah atau sepertiga posterior lidah dibentuk arkus pharyngeal ketiga. Lidah mulai dibentuk pada akhir minggu ke-4 intra uterin berupa penebalan dasar pharynx primitif ke foramen cecum. Penebalan ini disebut tuberculum impar. Dua penebalan lidah lateral juga terbentuk berdekatan dengan tuberculum impar. Ketiga struktur ini terbentuk sebagai hasil proliferasi mesenkin arkus pertama. Lidah lateral secara cepat menebal dan menyatu dengan tuberculum impar membentuk badan lidah. 
Bagian sepertiga posterior atau pangkal lidah dibentuk dari hypobranchial eminence, turunan dari arkus phrayngeal ketiga. Hypobranchial eminence lalu menyatu dengan tuberculum impar dan penebalan lidah lateral. Garis batas antara badan lidah dan pangkal lidah disebut terminal sulcus dimana foramen cecum ditemukan di tengahnya.
Persyarafan mukosa badan lidah hampir seluruhnya berasal dari syaraf arkus pharyngeal pertama, yaitu nervus trigeminus sedangkan persyarafan mukosa pangkal lidah berasal dari syaraf arkus pharyngeal ketiga, yaitu nervus glossopharyngeal. Otot rangka lidah dipersyarafi oleh nervus hypoglossus. (Hiatt & Gartner 2007)
References
Hiatt, J.L. & Gartner, L.P., 2007. Color Textbook of Histology 3th Edition, Philadelphia: Saunders.
Mescher, A.L., 1976. Junqueira’s Basic Histology, Bloomington: Mc Graw Hill Education.
 Bishara, S.E. 2001. Textbook of orthodontic. Philaddelphia: W.B. Saunders Company 
Moyers, R.E. 1988. Handbook of orthodontic. 4thed. London: Year Book Medical Publisher, INC  
Sadler, T. W. 2012. Langman's Medical Embryology. 12th ed. Lippincott Williams &Wilkins.



Thursday, April 20, 2017

Let's Mingle!


Hello fellas!
This is my very first time creating a blog and feeling so excited about my future readers responses.
I'm still putting many topics according to the content of my blog. Hopefully this can help some of you!


Cheers, Ulfa ❤