Thursday, March 26, 2020

Penatalaksanaan Trauma Dentoalveolar


Penanganan Umum

Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.

Salah satu cara untuk memeriksa bayi dan anak-anak yang terkena trauma yaitu menidurkan anak pada pangkuan ibu/ayah/atau pengasuh dengan pandangan ke atas. Tangan anak diletakkan di bawah tangan ibu dan dokter gigi duduk di depan ibu dengan kepala anak terletak pada pangkuannya. Posisi demikian dapat memungkinkan dokter gigi untuk dapat melihat kedua rahang anak. Dokter gigi dapat menggunakan molt mouth-prop atau mengikat jari tangannya dengan menggunakan bantalan dan adhesive tape.
Anamnesis secara lengkap dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat terjadinya trauma dilakukan dengan memberikan pertanyaan kapan terjadinya trauma, bagaimana trauma bisa terjadi, apakah ada luka di bagian tubuh lainnya, perawatan apa yang telah dilakukan, apakah pernah terjadi trauma gigi pada masa lalu, dan imunisasi apa saja yang telah diberikan pada anak.
Pemeriksaan luka ekstra oral dilakukan dengan cara palpasi pada bagian-bagian wajah sekitar. Palpasi dilakukan pada alveolus dan gigi, tes mobilitas, reaksi terhadap perkusi, transiluminasi, tes vitalitas baik konvensional maupun menggunakan vitalitester, gigi-gigi yang bergeser diperiksa dan dicatat, apakah terjadi maloklusi akibat trauma, apakah terdapat pulpa yang terbuka, perubahan warna, maupun kegoyangan. Gigi yang mengalami trauma akan memberikan reaksi yang sangat sensitif terhadap tes vitalitas, oleh karena itu tes vitalitas hendaknya dilakukan beberapa kali dengan waktu yang berbeda-beda. Pembuatan foto periapikal dengan beberapa sudut pemotretan ataupun panoramik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosa.

Perawatan darurat merupakan awal dari perawatan.

Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut. Jaringan lunak harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka dengan baik merupakan tolak ukur pertolongan pertama. Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri, khususnya stafilokokus dan streptokokus patogen pada kulit atau mukosa daerah luka.

Imunisasi Tetanus

Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami trauma yaitu melakukan imunisasi tetanus. Pencegahan tetanus dilakukan dengan membersihkan luka sebaik-baiknya, menghilangkan benda asing, dan eksisi jaringan nekrotik. Dokter gigi bertanggungjawab untuk memutuskan apakah pencegahan tetanus dipelrukan bagi pasien anak-anak yang mengalami avulsi gigi, kerusakan jaringan lunak yang parah, luka karena objek yang terkontaminasi tanah atau luka berlubang. Riwayat imunisasi sebaiknya didapatkan dari orang tua penderita. Pada umumnya anak-anak telah mendapatkan proteksi yang memadai dari imunisasi aktif berupa serangkaian injeksi tetanus toksoid. Apabila imunisasi aktif belum didapatkan, maka dokter gigi sebaiknya segera menghubungi dokter keluarga untuk perlindungan ini. Imunisasi dengan antitoksin tetanus dapat diberikan, tetapi imunisasi pasif ini bukan tanpa bahaya karena dapat menimbulkan anafilaktik syok.
Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan kembali.

Penangan Gigi dan Jaringan Sekitar

Penanganan untuk gigi dan jaringan sekitar dilakukan bila keadaan umum pasien telah baik dan seluruh langkah-langkah penanganan umum telah dilakukan. Penentuan rencana perawatan yang tepat didasarkan pada diagnosa serta anamnesa yang lengkap.
1.      Perawatan segera pada trauma gigi sulung
Pada awal perkembangan gigi tetap, gigi insisif terletak pada palatal dan
sangat dekat dengan apeks gigi insisif sulung. Oleh karena itu bila terjadi trauma
pada gigi sulung maka dokter gigi harus benar-benar mempertimbangkan
kemungkinan terjadi kerusakan pada gigi tetap di bawahnya.
  •  Fraktur Email dan Email-Dentin


Perawatan fraktur yang terjadi pada email dan email-dentin pada anak yang tidak kooperatif cukup dengan menghilangkan bagian-bagian yang tajam, namun bila anak kooperatif dap at dilakukan penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer.
  • Fraktur Mahkota Lengkap

Pencabutan gigi merupakan perawatan yang terbaik namun bila pasien kooperatif maka dapat dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan dengan penambalan.
  • Fraktur Mahkota-Akar

Perawatan terbaik adalah ekstraksi, karena umumnya kamar pulpa akan terbuka dan keberhasilan perawatan kurang memuaskan.
  • Fraktur Akar

Apabila pergeseran mahkota terlihat menjauh dari posisi seharusnya maka pencabutan adalah perawatan terbaik. Bagian akar yang tertinggal hendaknya tidak dicabut agar tidak mengganggu gigi tetap di bawahnya. Pada beberapa kasus terlihat bila bagian mahkota menjadi nekrosis namun pada bagian akar tetap vital, oleh karena itu resorpsi akar oleh gigi tetap dapat terjadi dan pertumbuhannya tidak terganggu.
  • Concussion

Concussion umumnya tidak terlihat pada saat setelah terjadinya trauma. Keluhan akan muncul bila telah timbul perubahan warna pada gigi. Daerah sekitar umumnya akan terjadi luka (bibir, lidah), pembersihan daerah luka dengan mengoleskan kapas yang dicelupkan pada cairan klorheksidin 0,1% sehari 2 kali selama 1-2 minggu.
  • Subluksasi

Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah luka dan memberikan makanan lunak beberapa hari. Kegoyangan akan berkurang dalam 1-2 minggu.
  • Extrusive luxation

Perawatan terbaik adalah dengan mencabut gigi yang mengalami trauma.
  • Lateral luxation

Luksasi mahkota ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi tetap di bawahnya. Perawatan terbaik adalah dengan mengevaluasi gigi tersebut. Gigi akan kembali pada posisi semula dalam waktu 1-2 bulan oleh karena tekanan lidah. Pada gigi yang mengalami luksasi mahkota ke arah bukal perawatan terbaik adalah melakukan pencabutan, oleh karena akar akan mengarah ke palatal sehingga mengganggu benih gigi tetap di bawahnya.
  • Intrusive luxation

Pada gigi yang mengalami intrusi ke arah palatal perawatan terbaik adalah ekstraksi. Alat yang digunakan untuk ekstraksi hendaknya hanya tang ekstraksi dan daerah pencabutan dilakukan sedikit penekanan untuk mengembalikan tulang yang bergeser.
Apabila intrusi ke arah bukal cukup dilakukan evaluasi karena gigi akan erupsi kembali ke arah semula. Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah trauma dengan menggunakan cairan klorheksidin 0,1%. Daerah trauma rawan terjadi infeksi terutama pada 2-3 minggu pertama selama proses reerupsi. Apabila tanda-tanda inflamasi terlihat pada periode ini maka perawatan terbaik adalah ekstraksi. Waktu yang diperlukan untuk reerupsi umumnya antara 2-6 bulan. Bila reerupsi gagal terjadi akan timbul ankilosis dan pada kasus ini ekstraksi adalah pilihan yang terbaik.
  • Avulsi

Pada gigi sulung yang mengalami avulsi replantasi merupakan kontraindikasi oleh karena koagulum yang terbentuk akan mengganggu benih gigi tetap.

Perawatan segera pada trauma gigi tetap

Trauma pada gigi tetap umumnya terjadi pada anak antara usia 8-11 tahun. Pada usia ini apeks gigi tetap belum tertutup sempurna, sehingga perawatan yang dilakukan diharapkan dapat tetap mempertahankan proses penutupan apeks dan vitalitas gigi dapat dipertahankan.
  • Fraktur mahkota

Fraktur mahkota yang terjadi dapat berupa infraksi email, fraktur email, dan fraktur email-dentin.
  • Infraksi email

Infraksi adalah fraktu inkomplit tanpa hilangnya substansi gigi dan garis fraktur berujung pada enamel dentinal junction. Garis infraksi akan terlihat jelas dengan menggunakan cahaya langsung dengan arah paralel terhadap sumbu panjang gigi. Tidak diperlukan perawatan khusus pada kasus ini dan pasien hanya disarankan untuk kontrol rutin untuk pemeriksaan gigi.
  • Fraktur email

Pada fraktur ini akan tampak sedikit bagian email hilang. Tidak semua fraktur email dilakukan penambalan oleh karena pada beberapa kasus batas sudut fraktur memberikan gambaran yang baik sehingga hanya dilakukan penyesuaian pada gigi kontralateral agar tampak simetris.
  • Fraktur email-dentin

Fraktur email-dentin akan mengakibatkan terbukanya tubuli dentin sehingga memungkinkan masuknya toksin bakteri yang berakibat inflamasi pulpa. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa tindakan agar nekrosis pulpa tidak terjadi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
1). Pembuatan restorasi mahkota sementara
2). Melekatkan kembali fragmen mahkota
3). Composite crown build up
  • Complicated crown fracture

Fraktur ini melibatkan email dan dentin dengan disertai terlibatnya sedikit kamar pulpa. Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan vitalitas. Jenis perawatan yang dapat dilakukan adalah direct pulp capping dan pulpotomi parsial.
.           1). Direct pulp capping
Indikasi perawatan ini adalah keadaan pulpa baik, tidak terjadi lukasi yang disertai kerusakan pada suplai darah di daerah apeks, bagian pulpa terbuka kurang dari 1 mm, jarak waktu antara terbukanya pulpa dan perawatan kurang dari 24 jam, dan restorasi yang akan dibuat dapat mencegah masuknya bakteri.
2). Pulpotomi parsial
Perawatan ini ditujukan untuk menghilangkan jaringan pulpa yang mengalami inflamasi. Umumnya amputasi dilakukan kira-kira 2 mm di bawah daerah tereksponasi. Indikasi perawatan ini adalah untuk gigi yang akarnya sudah terbentuk lengkap ataupun belum dengan gambaran adanya warna pulpa merah terang.
  • Fraktur Mahkota Akar

Perawatan fraktur mahkota akar dilakukan pada gigi yang masih bisa dilakukan restorasi. Apabila bagian akar masih cukup panjang maka dapat dilakukan prosedur seperti di bawah ini:
1). Menghilangkan fragmen dan melekatkan gusi kembali
2). Menghilangkan fragmen dan melakukan bedah exposure pada fraktur
subgingiva.
3). Menghilangkan fragmen dan orthodontic extrusion
4). Menghilangkan fragmen dan surgical extrusion
  • Fraktur Akar

Gigi yang mengalami fraktur akar umumnya akan terjadi ekstrusi fragmen mahkota atau bergesernya mahkota ke arah palatal, oleh karena itu maka perawatan yang dilakukan harus meliputi reposisi fragmen mahkota segera dan stabilisasi.
  • Concusion

Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa.
  • Subluksasi

Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2 minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin.
  • Extrusive luxation

Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi.
  • Lateral luxation

Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.
  • Intrusive luxation

Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih diperdebatkan. Beberapa petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
1)      Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko olah karena dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal. Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau keluar dari jaringan lunak vestibulum.
2)      Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
  • Avulsi

Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya trauma:
1)      Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
2)      Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
3)      Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.


DAFTAR PUSTAKA:
Koch, G & Poulsen, S. Pediatric dentistry a clinical approach. 1st edition.Copenhagen : Munksgaard. 2001.
Cameron, A.C. and Widmer, R. P. Handbook of pediatric dentistry. 2nd edition.Philadelphia : Mosby. 2003.

Pemutihan Gigi (Bleaching)


 Mekanisme pemutihan gigi (bleaching)

Mekanisme kerja bahan pemutih gigi merupakan reaksi oksidasi dari bahan pemutih. Mekanisme kerja bahan pemutih gigi peroxide dan nonperoxide yaitu dengan cara masuk melalui perantara enamel ke tubuli dentin dan mengoksidasi pigmen pada dentin, menyebabkan warna gigi menjadi lebih muda. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi.
Reaksi reduksi-oksidasi pada proses pemutihan dikenal sebagai reaksi redoks. Bahan pemutih hidrogen peroksida akan menghasilkan HO2 (peryhydroxil) yang merupakan radikal bebas kuat dan O sebagai radikal bebas lemah. Dalam bentuk cairan murni H2O2 merupakan asam lemah yang menghasilkan lebih banyak radikal bebas lemah yaitu O, sehingga untuk mendorong pembentukan HO2 maka hidrogen peroksida harus dibuat basa pada pH optimum 9,5 – 10,8.5 Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah yang besar maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh. Hal ini menyebabkan gangguan pada konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik email, selain itu terjadi perubahan berat molekul bahan organik gigi yang memantulkan gelombang cahaya spesifik penyebab diskolorasi pada bahan dengan berat molekul lebih rendah dan berkurangnya molekul yang merefleksikan cahaya, dengan demikian akan terbentuk molekul organik yang lebih kecil dengan warna yang lebih terang.

Gambar 1 Proses buffer menghasilkan banyak radikal bebas lebih kuat (prehidroksil) (Patil dalam Goldstein 2002)

Hidrogen peroksida merupakan bahan utama yang digunakan dalam perawatan pemutihan gigi dan dihasilkan dengan reaksi sebagai berikut :

Efek pemutihan gigi (bleaching)

Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila dipakai dalam batas konsentrasi yang diawasi, waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi) dan dalam suatu interval waktu perawatan tertentu. Berbagai persyaratan di atas menjadikan pemutihan gigi vital dapat dilakukan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi sedikit perubahan morfologi enamel pada pH yang bervariasi.
Penelitian secara in vitro yang menguji bahan pemutih hidrogen peroksida 6% terhadap enamel menyatakan bahwa pengikisan enamel akibat penggunaan bahan tersebut masih dapat diterima. Meskipun agen pemutih hidrogen peroksida sangat efektif dalam mencerahkan warna gigi, kekhawatiran dari penggunaan bahan ini telah diungkapkan pada beberapa penelitian mengenai komplikasi setelah pemutihan gigi (post bleaching) termasuk perubahan dalam morfologi permukaan enamel dan dentin, perubahan komposisi kimia, peningkatan permeabilitas, dan perubahan penting dalam sifat mekaniknya.

DAFTAR PUSTAKA:

Meizarini Asti, Rinati Devi. Bahan pemutih gigi dengan sertifikat ADA/ISO. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.). 2005; 38(2):73–76

Farah R.A.A, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida. Dep Ilmu Konservasi gigi : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Goldberg M, Bohin F, Bonnet E, Crinquette AC, Dartigues J, Louis JJ. Tooth bleaching treatments: a review. Association Dentaire Française 2007: 11-2.

Al-Qahtani Q Mohammed. Tooth bleaching procedures and their controversial effect: a literature review. The Saudi Dental Journal. 2014: 36-8. 

                                                                            

I'am BACK!

Bismillahirahmannirrahim..

Hi everyone! finally I come back to my blog after almost 2 years with no update.
So, I have graduated from my university and got my bachelor degree ((finally))!!! well it was last year, in a such a good day my parents and my sibling were coming to the graduation, it took almost 9 hours from Semarang to Bandung, yes that was a long and boring ride yet still that was my graduation! I can still remember how proud my parents and brother there saw me got many many flowers from friends and fams. :)))
Here's is my graduation photo!



FYI, now I'am continuing my study (Co-Assistant) to get my DDS degree in RSGM Universitas Padjadjaran. Hopefully I can always share my knowledge for you guys, even a little :) Thank you for always come to visit my Blog. See you on the next update :* :))