Thursday, September 13, 2018

Psikologi FKG


Teori Belajar Behaviorisme

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah  belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavior adalah faktor pengutan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon bila pengutan ditambahkan maka respon semakin kuat. Begitu juga bila pengutan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan.
Ø  Contoh kasus dalam aplikasi perkuliahan
Dalam proses perkuliahan, seorang dosen mengisi jam mata kuliah dengan mempresentasikan materi di ruang kuliah. Dosen tersebut memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi kuliah disela-sela penjelasannya dan mahasiswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen tersebut karena memperhatikan kuliahnya. Namun ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh mahasiswa. Lalu dosen tersebut menjanjikan sebuah hadiah bagi mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan benar. Dipertemuan selanjutnya, ada beberapa mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan dosen tersbeut dengan tepat dan benar, lalu dosen tersebut menepati janjinya untuk memberikan hadiah sebagai reward.
Pada kasus tersebut seorang dosen yang memberikan kuliah dan pertanyaan-pertanyaan adalah sebuah stimulus yaitu perlakuan yang diberikan kepada mahasiswa, lalu mahasiswa menjawab pertanyaan dosen tersebut sebagai bentuk respon. Namun ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh mahasiswa sehingga dosen menjanjikan hadiah untuk mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hadiah atau reward  yang dijanjikan oleh dosen tersebut adalah bentuk reinforcement atau faktor penguat agar timbul respon dari mahasiswa yaitu menjawab pertanyaan dosen tersebut.

Teori Kognitif

Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition” yang padanannya “Knowing”, berarti menge­tahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan penge­tahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer dan menjadi salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap peri­laku mental yang berkaitan dengan pemaham­an, pertimbangan, pengolahan infor­masi, pe­mecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (ke­hendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Istilah “cognitive of theory learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan bahwa belajar adalah merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental). Teori belajar tersebut  beranggapan bahwa individu yang belajar itu memiliki kemampuan potensial, sehingga tingkah laku yang bersifat kompleks bukan hanya sekedar dari jumlah tingkah laku yang sederhana, maka dalam hal belajar me­nurut aliran ini adalah mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar juga melibatkan proses ber­pikir yang sangat kompleks. Yang menjadi priori­tas perhatian adalah pada proses bagai­mana suatu ilmu yang baru bisa ber­asimi­lasi dengan ilmu yang sebelumnya di­kuasai oleh masing-masing individu.
Teori kognitif ini, yang didasari oleh pandangan adanya mekanisme dan proses  pertumbuhan, yaitu dari bayi kemudian anak berkembang menjadi individu yang dapat bernalar dan ber­fikir menggunakan hipotesa. Asumsi dasar yang melandasi deskripsi demikian ialah pengertian Jean Piaget mengenai perkembangan intelek dan konsepsinya tentang hakikat kecerdasan.
Ø  Contoh kasus dalam Aplikasi Perkuliahan
Seorang mahasiswa baru kedokteran gigi mendapat kuliah pengenalan dari dosen anatomi tubuh manusia. Pada kuliah pengenalan tersebut, dosen anatomi menjelaskan tentang makna kata-kata dasar yang sering digunakan dalam istilah kedokteran dalam menentukan letak anatomi manusia. Pada kuliah pertemuan selanjutnya, dosen anatomi tersebut menyebutkan beberapa anatomi manusia menggunakan kata-kata dasar yang digabungkan dengan nama organ atau skeletal manusia. Setelah perkuliahan berakhir, dosen tersebut memberikan latihan soal kepada mahasiswa mengenai anatomi tubuh mannusia.
Pada contoh kasus di atas, diketahui bahwa dosen anatomi memberikan kuliah pengenalan tentang anatomi tubuh manusia, setelah kuliah tersbeut mahasiswa dianggap sudah mengerti dan paham tentang perkuliahan tersebut. Lalu pada pertemuan selanjutnya, dosen anatomi tersebut menyebutkan beberapa anatomi manusia menggunakan kata-kata dasar yang digabungkan dengan nama organ atau skeletal, maka terjadi proses pengintegrasian antara makna kata-kata dasar yang sudah dikuasai dengan menggabungkan nama organ atau skeletal  (informasi baru). Proses tersebut adalah proses asimilasi yaitu penyatuan informasi dalam struktur kognitif yang telah dimiliki mahasiswa tersebut. Selanjutnya dosen memberi latihan soal terkait materi tersebut, maka situasi ini disebut akomodasi yang merupakan penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru. Artinya mahasiswa sudah mampu memahami penamaan anatomi tubuh berdasarkan letaknya.


Teori Social Kognitif

Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) menyatakan bahwa sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif merupakan ekspetasi siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu yang merancang teori kognitif sosial dan mengembangkan Model Deterministic Reprical.
Model Deterministic Reprical adalah perilaku lingkungan dan orang (keyakinannya) semua berinteraksi dan interaksi ketiganya itu harus dipahami dahulu sebelum kita bisa memahami fungsi psikologis dan perilaku manusia.
Model Deterministic Reprical terdiri dari 3 faktor utama yaitu:
1.              Perilaku
2.              Person/kognitif
3.              Lingkungan
Proses pembelajaran dengan merepresentasikan paham teori kognitif sosial dapat diterapkan melalui Model Pembelajaran Observasional, yang juga disebut sebagai imitasi atau modeling. Santrock (2008: 286) mendefinisikan istilah tersebut sebagai metode pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Untuk menempuh model pembelajaran tersebut, Bandura (1986) menyebutkan empat proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu:
1.      Atensi (Perhatian), proses secara sadar atas sebongkah kecil informasi dari keseluruhan informasi yang tersedia, dari penginderaan maupun proses kognitif lainnya.
2.      Retensi (Ingatan), proses di mana informasi yang diperoleh dari observasi dapat digunakan atau bisa bermanfaat di saat ia membutuhkan informasi tersebut. Bandura berpendapat bahwa terjadi retentional process, dimana informasi disimpan melalui dua cara yaitu secara imajinasi atau secara verbal  
3.      Produksi, proses menerjemahkan citraan atau deskripsi model ke dalam bentuk perilaku nyata. Pada tahap ini kita dituntut untuk berimprovisasi dari hasil Atensi dan Retensi tadi sehingga menghasilkan suatu perilaku yang mungkin baik atau berdampak buruk bagi kita.
4.      Motivasiproses penguat tindakan yang muncul dari dalam diri individu berdasarkan pada apa yang dikatakan atau dilakukan oleh model.
Ø  Contoh Kasus dalam Aplikasi Perkuliahan
Seorang mahasiswa kedokteran gigi mendapat materi pembelajaran di kuliah mengenai cuci tangan yang baik dan benar. Sebelumnya, mahasiswa tersebut belum menerapkan cara mencuci tangan yang diajarkan dalam melakukan pencetakan rahang antar teman saat praktikum. Setelah mendapat materi kuliah tersebut, tanpa sadar mahasiswa tersebut selalu mengamati cara mencuci tangan setiap dokter jaga praktikum yang akan memeriksa keadaan mulut mahasiswa lain. Ternyata, para dokter selalu menerapkan cara cuci tangan yang benar tersebut. Akhirnya mahasiswa tersebut belajar meniru dosen dan para dokter untuk mencuci tangan dengan baik dan benar agar terbiasa sampai ia menjadi dokter kelak.
Pada kasus tersebut mahasiswa kedokteran gigi mendapat informasi mengenai cuci tangan yang baik dan benar, maka terjadi proses atensi yaitu perolehan informasi. Selanjutnya, mahasiswa tersebut mengamati cara cuci tangan para dokter yang ternyata sudah menerapkan cara yang benar yang berarti mahasiswa tersebut mengamati karena ia ingat (proses retensi) tentang informasi cara mencuci tangan yang diberikan saat perkuliahan. Setelah mengamati mahasiswa tersebut menjadikan para dokter sebagai contoh agar ia menerapkan hal yang sama yaitu mencuci tangan dengan  cara yang baik dan benar yaitu merupakan proses produksi yang menerjemahkan citraan atau deskripsi model (perilaku dokter) ke dalam bentuk perilaku nyata. Proses motivasi terjadi karena ia akan menjadi dokter kelak dan ingin menjadi seperti model (perilaku dokter/dosen) yang selalu menerapkan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Referensi  :
1.      Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
2.      Chaplin, J. P. 1972. Dictionaryof Psycology. New York: Dell Publishing Co. Inc.
3.      C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) h. 21.
4.      Gredler, Margaret & E. Bell. 1986. Learning And Instruction Theory Into Practice. Mc.­Milan Publishing Company. Diterjemah­kan oleh Munandir. 1991. Jakarta: Raja­wali.
5.      Neiser, Uris. 1976. Cognition and Reality: Principles and Implication of Cognitive Psycology. San Fransisco: Freman and Company.
6.      M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012)h.34.
7.      Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
8.      Slavin, Robert E. 1994. Educational Psycology: Theory and Practice. America: The United States of America.
9.      Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab (Pekanbaru:  Almujtahadah Press, 2010)hlm. 104-105.

No comments:

Post a Comment